Tenaga Nasional Berhad (TNB) Malaysia telah mengumumkan rencana untuk melanjutkan proyek-proyek fotovoltaik (PV) hidro-apung surya hibrida (HHFS) di waduk bendungan hidro mereka. Hal ini menyusul keberhasilan proyek percontohan di kolam abu Stesen Janakuasa Sultan Azlan Shah (SJSAS) di Manjung, Perak, dan berada di bawah Peta Jalan Transisi Energi Nasional (National Energy Transition Roadmap/NETR).

"Proyek percontohan di SJSAS merupakan kesuksesan yang luar biasa. Kami memanfaatkan area permukaan air. Seiring dengan pergerakan negara ini menuju masa depan rendah karbon dan kelestarian lingkungan, TNB, melalui TNB Power Generation Sdn Bhd (TNB Genco), berencana untuk membangun 2.500 Megawatt (MW) HHFS. Inisiatif Transisi Energi yang bertanggung jawab ini menawarkan solusi energi yang berkelanjutan dengan dampak ekologis yang positif," kata Presiden dan Chief Executive Officer TNB, Dato' Seri Ir. Baharin Din.

Lebih lanjut Baharin menjelaskan bahwa pemanfaatan badan air untuk instalasi tenaga surya akan memungkinkan TNB untuk menghemat penggunaan lahan, melestarikan habitat alami tanah, dan mengurangi penguapan air. Tidak seperti pembangkit listrik tenaga panas tradisional, pembangkit listrik tenaga surya terapung tidak memiliki pembuangan air atau udara yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas air atau udara - yang pada gilirannya meminimalkan polusi dan mendukung keanekaragaman hayati dengan gangguan minimal terhadap ekosistem perairan.

"Floating solar selaras dengan prinsip-prinsip pengembangan energi yang berkelanjutan, memitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, dan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat melalui penciptaan lapangan kerja dan investasi," kata Baharin.

"Secara keseluruhan, proyek ini menghadirkan integrasi yang harmonis antara pembangkit energi terbarukan dengan konservasi lingkungan. Untuk tenaga surya terapung mini TNB di SJSAS, kami melakukan studi ekologi melalui cabang penelitian yang sepenuhnya dimiliki oleh TNB, TNB Research Sdn Bhd (TNBR). Setiap komponen dari tata surya terapung ini dipilih dan dirancang dengan cermat. Bahkan pelampung atau pontonnya terbuat dari polietilena densitas tinggi bersertifikat food grade untuk meminimalkan dampak terhadap kualitas air."

Saat ini, TNB telah melaporkan bahwa proyek tersebut tidak menunjukkan dampak negatif terhadap satwa liar yang hidup di daerah sekitarnya.

Sejak tahun 2019, PLTS Terapung yang terletak di kolam abu seluas 175 hektar di SJSAS telah menghasilkan lebih dari 600MWh energi. Sebanyak 288 modul PV surya yang dipasang memiliki kapasitas 105,12 kWp, setara dengan pengurangan 390 ton CO2 selama 4 tahun operasi atau penyerapan CO2 oleh 15.624 pohon. Listrik yang dihasilkan dari sistem ini dapat memenuhi kebutuhan 30 rumah.

TNB berencana untuk mempercepat implementasi HHFS 2.500 MW, dimulai dengan 30 MW di waduk hidro Chenderoh, yang akan diikuti oleh lokasi-lokasi di waduk hidro Temenggor dan Kenyir. "Pembangkit listrik tenaga surya terapung dapat melengkapi sumber energi terbarukan lainnya untuk menyalakan jaringan listrik nasional dengan potensi untuk meningkatkan daya bersih secara signifikan," tambah Baharin.

Sebagai pendorong utama, TNB telah menjalin kemitraan dengan lembaga negara Perbadanan Kemajuan Negeri Perak (PKNPk) dan Terengganu Incorporated (TI) untuk memastikan bahwa pengembangan HHFS dilakukan dengan sukses dan bertanggung jawab.

Dengan usaha tenaga surya terapung yang diposisikan sebagai bagian dari strategi TNB untuk mempercepat dekarbonisasi bisnis pembangkit listriknya, Baharin menekankan bahwa perusahaan ini membuat langkah substansial dalam komitmennya untuk mendorong energi terbarukan (RE) yang besar dan inisiatif teknologi bersih serta mempelopori proyek-proyek utama yang sangat penting seperti yang diuraikan dalam NETR.