Manila - Amerika Serikat telah memilih Manila sebagai markas besar di Asia Tenggara untuk Kelompok Kerja Industri Nuklir Sipil AS, demikian diumumkan oleh Asisten Menteri Luar Negeri untuk Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, pada hari Selasa.
Di sela-sela Forum Bisnis Indo-Pasifik (IPBF) ke-6, Kritenbrink mengatakan bahwa pembentukan Kelompok Kerja Industri Nuklir Sipil di Filipina akan memperdalam keterlibatan komersial para pemangku kepentingan antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara.
"Kelompok yang dipimpin oleh industri ini akan menghubungkan mitra Filipina dengan perusahaan-perusahaan AS, memberikan solusi teknologi kelas dunia dan praktik terbaik untuk mempercepat transisi Filipina menuju energi nuklir yang bersih dan aman," ujar pejabat AS tersebut.
Kritenbrink menambahkan bahwa inisiatif ini menggarisbawahi komitmen mendalam pemerintah AS untuk mendukung kebutuhan energi jangka panjang Filipina dan undang-undang lingkungan hidup sembari mempertahankan penggunaan energi nuklir sipil yang aman dan terjamin.
Filipina dan AS juga menandatangani dua nota kesepahaman (MOU) baru untuk memajukan kemitraan nuklir sipil kedua negara yang dibangun di atas Perjanjian 123.
Filipina dan AS menandatangani Perjanjian 123 pada November 2023 yang mengizinkan Filipina untuk mengimpor dan menggunakan teknologi nuklir yang berasal dari AS untuk "penggunaan damai".
Sekretaris Departemen Energi (DOE) Raphael Lotilla menandatangani MOU dengan Direktur Misi Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Filipina, Ryan Washburn, untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan energi nuklir sipil yang komprehensif di Filipina.
MOU ini juga mendukung strategi negara untuk mencapai Skenario Energi Bersih dan mengembangkan rencana jaringan listrik yang cerdas dan ramah lingkungan.
Nota kesepahaman dengan Yayasan Pendidikan Filipina-Amerika (PAEF) juga ditandatangani oleh Konselor Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Urusan Publik, John Groch, untuk menciptakan beasiswa dan pertukaran akademis yang berpusat pada nuklir sipil dan energi terbarukan.
"Program ini berfokus pada salah satu elemen paling penting dari aspirasi nuklir sipil Filipina - menciptakan tenaga kerja yang mampu membangun, menggunakan, dan mengoperasikan solusi tenaga nuklir sipil dengan aman untuk mendorong masa depan energi yang ramah lingkungan dan terjamin di negara ini," kata Kritenbrink.
"Hal ini akan membantu Filipina mengembangkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur energi bersih, termasuk kemampuan untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir yang canggih," tambahnya.
Selain itu, AS dan Filipina akan menjadi tuan rumah forum pemasok energi nuklir pertama di Manila pada bulan November tahun ini untuk mempertemukan para ahli AS, pemimpin sektor swasta, dan pemangku kepentingan energi Filipina untuk memperkuat kerja sama nuklir sipil antara Manila dan Washington DC.
Sementara itu, Lotilla menyambut baik inisiatif pemerintah AS ini untuk membantu tujuan energi bersih negara tersebut.
"Dalam Rencana Energi Filipina untuk tahun 2023 hingga 2050, kami memasukkan tenaga nuklir untuk pertama kalinya di Filipina dan kami berharap dapat mengeksplorasi berbagai peluang untuk mencapai hal ini. Kami menyambut baik inisiatif pemerintah Amerika Serikat untuk membentuk kelompok kerja yang beranggotakan perusahaan-perusahaan AS yang tertarik untuk menawarkan layanan di bidang nuklir sipil," ujar kepala DOE.
"Meskipun kami tidak memiliki kegiatan yang signifikan selama bertahun-tahun, minat baru dalam penggunaan tenaga nuklir untuk keperluan sipil sekarang dipandang oleh banyak negara Asia Tenggara sebagai pilihan yang layak," tambahnya. (PNA)