11 Desember 2024

Membentuk Transisi Energi ASEAN: Wawasan dari Black & Veatch

Membentuk Transisi Energi ASEAN: Wawasan dari Black & Veatch


 

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini di ENLIT Asia, Narsingh Chaudhary, Presiden Asia Pasifik dan India untuk Black & Veatch, berbagi perspektif yang berharga tentang masa depan energi di Asia Tenggara. Wawasannya menyoroti tantangan yang kompleks dan peluang yang menjanjikan yang dihadapi sektor energi di kawasan ini.

Pendekatan Pragmatis terhadap Aset yang Ada

Chaudhary menekankan pentingnya menangani infrastruktur saat ini sembari merencanakan masa depan. "Para pelaku industri yang merencanakan aset energi baru memiliki pilihan untuk mengadopsi teknologi baru untuk mengurangi jejak karbon mereka. Namun, pilihan apa yang mereka miliki untuk aset mereka yang sudah ada?" katanya. Pandangan pragmatis ini sangat relevan mengingat peran penting yang masih dimainkan oleh batu bara dalam pembangkitan listrik di ASEAN.

Strategi seperti melengkapi pembangkit listrik tenaga batu bara dengan teknologi penangkap karbon atau pembakaran bersama dengan bahan bakar yang lebih bersih menawarkan jalan tengah yang praktis. Metode-metode ini memungkinkan negara-negara untuk secara bertahap mengurangi emisi sambil menjaga stabilitas pasokan energi dan memanfaatkan investasi yang ada saat ini. Pendekatan semacam ini sangat relevan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada batu bara, memberikan jalan menuju energi yang lebih bersih tanpa perubahan drastis secara langsung.

Black & Veatch secara aktif bekerja pada solusi tersebut. Chaudhary menyebutkan sebuah kontrak baru-baru ini di wilayah ini untuk penangkapan karbon pada pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah ada. Ia menjelaskan, "Kami sedang melihat penangkapan karbon pasca-pembakaran dan melihat opsi-opsi dekarbonisasi apa saja yang mungkin dilakukan pada aset-aset tersebut."

Hidrogen: Perbatasan yang Menjanjikan

Hidrogen muncul sebagai topik utama dalam diskusi Chaudhary, seperti yang terjadi di seluruh wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyoroti keterlibatan Black & Veatch dalam membangun proyek hidrogen hijau berkapasitas 220 megawatt di Utah, yang akan siap pada tahun depan. Kemajuan pesat dalam teknologi hidrogen sangat menggembirakan bagi transisi energi di Asia Tenggara.

"Ketika saya berbicara dengan pelanggan dan mitra di belahan dunia ini, seringkali mereka tidak menyadari seberapa jauh teknologi ini telah berkembang," ujar Chaudhary. Ia percaya bahwa ada peluang untuk membawa kurva pembelajaran ini ke Asia Tenggara dan membantu proyek-proyek serupa di wilayah ini.

Untuk negara-negara ASEAN yang tidak memiliki energi hijau yang melimpah, Chaudhary menyarankan hidrogen biru dapat menjadi solusi sementara. "Ada proses pemikiran bahwa hidrogen biru dapat menjadi metodologi transisi energi menengah atau bahan bakar," jelasnya, menyoroti pendekatan fleksibel Black & Veatch terhadap tantangan energi regional.

Chaudhary menekankan pentingnya menciptakan sistem yang mandiri: "Kami melakukan studi untuk Malaysia sehubungan dengan ekonomi hidrogen dan itu diterima dengan sangat, sangat baik karena kami dapat mensimulasikan kondisi yang berbeda di mana beberapa model tersebut akan bekerja." Analisis yang berpikiran maju seperti ini akan menjadi sangat penting ketika negara-negara ASEAN menavigasi lanskap pengembangan hidrogen yang kompleks.

Kerjasama Regional dan Integrasi Jaringan

Mungkin peluang terbesar terletak pada menghubungkan jaringan listrik di seluruh wilayah. Jaringan listrik di seluruh ASEAN dapat mengubah perdagangan energi, memungkinkan negara-negara untuk berbagi daya ketika mereka memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit. Hal ini akan sangat berguna untuk mengelola sumber energi terbarukan yang menghasilkan daya yang bervariasi.

Chaudhary menunjukkan bahwa meskipun teknologi untuk integrasi jaringan sudah ada, tantangan utamanya seringkali bersifat non-teknis. "Ini lebih merupakan tantangan pembiayaan," katanya. "Dapatkah pemerintah dan regulator bersatu dan menyusun mekanisme bersama?" Wawasan ini menggarisbawahi perlunya pendekatan kolaboratif dalam menangani transisi energi di kawasan ini.

Eropa telah menunjukkan bahwa koneksi jaringan semacam ini secara teknis memungkinkan. Tantangan bagi ASEAN adalah membangun kemauan politik dan semangat kerja sama yang diperlukan untuk mengubah ide ambisius ini menjadi kenyataan.

Bekerja Sama adalah Kunci

Karena Asia Tenggara berada di ambang revolusi energi, jalan ke depan membutuhkan kerja sama tim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mulai dari berbagi pengetahuan tentang teknologi baru seperti hidrogen hingga investasi bersama dalam infrastruktur jaringan listrik regional, masa depan energi ASEAN akan bergantung pada kemampuannya untuk bekerja lintas batas dan merangkul visi bersama.

Tahun-tahun mendatang akan membawa tantangan, namun juga menawarkan kesempatan unik untuk menata ulang hubungan Asia Tenggara dengan energi. Dengan menggabungkan berbagai kekuatan, merangkul inovasi, dan membina kerja sama regional, ASEAN dapat memimpin dalam menciptakan model energi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus melindungi planet ini untuk generasi mendatang.

 

Lihat semua Berita Terbaru
Memuat

2025 Sponsor & Mitra

Kementerian Tuan Rumah


 

Lembaga Pendukung


 

Utilitas Host


 

Sponsor Berlian


 

Sponsor Platinum


 

Sponsor Emas


 

Sponsor Perak


 

Sponsor Perunggu


Sponsor Rekanan


Sponsor Pusat Pengetahuan


Pembawa Acara Pengarahan Eksekutif


 

Dalam Kemitraan dengan:


 

Mitra Media Strategis Resmi:


 

Mitra Maskapai Penerbangan Resmi: