Ketika negara-negara ASEAN terus maju dengan rencana transisi energi yang ambisius, kebutuhan akan solusi praktis dan dapat diandalkan yang menyeimbangkan tujuan lingkungan dengan realitas ekonomi tidak pernah sebesar ini. JERA telah muncul sebagai mitra utama dalam transisi ini, menawarkan strategi multi-cabang yang didasarkan pada realisme dan disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap pasar.

Strategi Tiga Pilar untuk Transisi

"Dengan pertumbuhan ekonomi di banyak negara ASEAN yang melebihi 5% per tahun, namun pada tahap pembangunan yang berbeda, pendekatan JERA berakar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, sambil memberikan solusi yang mengatasi trilema energi di kawasan ini: keamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan," jelas Izumi Kai, CEO JERA Asia dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Enlit Asia 365.

"Transisi pragmatis memungkinkan setiap negara untuk memetakan jalurnya sendiri, tergantung pada karakteristik dan prioritas masing-masing pasar," kata Kai. Pendekatan perusahaan ini dibangun di atas tiga pilar utama:

• Gas alam dan LNG, untuk menyediakan daya baseload yang andal dan dapat diandalkan sepanjang waktu, yang penting untuk ketahanan energi.
• Energi terbarukan, yang dipimpin oleh anak perusahaannya JERA Nex, berfokus pada energi surya, angin, dan penyimpanan baterai.
• Bahan bakar dan teknologi rendah karbon, termasuk hidrogen, amonia, dan penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), untuk mendukung tujuan dekarbonisasi jangka panjang.

Perpaduan dari masing-masing pilar ini bervariasi dari satu pasar ke pasar lainnya dan kerangka kerja ini memungkinkan JERA untuk menyesuaikan pendekatannya dengan infrastruktur, sumber daya, dan laju pembangunan di setiap negara.

LNG: Memungkinkan Pertumbuhan dan Integrasi Energi Bersih

JERA melihat LNG sebagai bahan bakar penghubung yang sangat diperlukan dalam bauran energi yang terus berkembang di Asia. "LNG menawarkan solusi penting sebagai alternatif yang lebih bersih dari batu bara dan juga dalam mendukung pengembangan energi terbarukan," kata Kai. Dengan batu bara yang masih dominan di beberapa pasar ASEAN, LNG tidak hanya mengurangi separuh emisi dibandingkan dengan batu bara ketika digunakan untuk pembangkit listrik, tetapi juga menyediakan daya yang dapat disalurkan untuk melengkapi energi terbarukan yang bersifat intermiten.

Sebagai salah satu pemain LNG terbesar di dunia dengan rantai nilai yang terintegrasi, JERA memiliki posisi yang baik untuk memberikan pasokan LNG yang aman dan kompetitif. Operasinya menjangkau seluruh rantai pasokan, mulai dari sumber dan pengiriman hingga pembangkit listrik sehingga memberikannya ketahanan untuk menavigasi volatilitas pasar dengan lebih baik.

Meletakkan Dasar untuk Bahan Bakar Generasi Berikutnya

Infrastruktur termal JERA yang ada saat ini juga menyediakan pelengkap alami untuk bahan bakar rendah karbon yang baru. Sinergi ini memungkinkan JERA untuk memanfaatkan pengalaman operasional dan kemampuannya yang luas di seluruh rantai nilai energi untuk mempercepat kemajuan di area-area yang sedang berkembang ini.

Kai menunjukkan kemajuan JERA di dunia nyata di seluruh rantai nilai amonia, hidrogen, dan CCS. Perusahaan baru-baru ini membuat keputusan investasi akhir pada proyek Blue Point di Amerika Serikat, yang akan menjadi fasilitas amonia biru terbesar di dunia. Di lapangan, JERA berhasil menyelesaikan uji coba pembakaran bersama amonia berskala besar pertama di dunia di pembangkit listrik tenaga batu bara Hekinan di Jepang dan sekarang sedang menjajaki inisiatif serupa di Asia Tenggara.

Di kawasan ini, JERA telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Aboitiz Power di Filipina dan PTT di Thailand untuk menjajaki peluang amonia rendah karbon dan bekerja sama dengan Petronas dalam studi kelayakan CCS yang menghubungkan Jepang dan Malaysia.

Thailand Pemimpin Regional yang Potensial dalam Bahan Bakar Rendah Karbon

JERA melihat Thailand sebagai pasar yang sangat menjanjikan untuk penyebaran bahan bakar rendah karbon seperti hidrogen. "Lokasi negara yang strategis, pangsa pembangkit listrik tenaga gas yang besar, dan basis industri memberikan dasar yang kuat untuk meningkatkan teknologi ini," kata Kai.

Lebih lanjut, PDP 2024 (rancangan) sebelumnya mengidentifikasi pembakaran bersama hidrogen sebagai pendorong utama untuk dekarbonisasi tenaga panas, di samping energi terbarukan. Dukungan kebijakan tersebut menempatkan Thailand pada posisi yang baik untuk investasi di masa depan.

JERA memiliki kehadiran yang kuat di Thailand melalui investasi dan kemitraan strategis. Hal ini termasuk investasi di EGCO, dan kemitraan yang telah melakukan studi kelayakan dengan BLCP, PTT, dan Banpu, serta studi CCS dengan EGCO yang berfokus pada pembangkit listrik tenaga gas. Melalui kolaborasi-kolaborasi ini, JERA bertujuan untuk mempercepat dekarbonisasi tenaga panas dan membantu memposisikan Thailand sebagai pusat regional untuk bahan bakar rendah karbon.

Namun, untuk membuka potensi penuh dari solusi rendah karbon seperti hidrogen dan CCS masih membutuhkan dorongan yang lebih luas dan terkoordinasi untuk meningkatkan upaya ini secara efektif di seluruh negeri.

Solusi yang Disesuaikan dan Berbasis Pasar di Seluruh ASEAN

Ketika ASEAN menghadapi realitas dekarbonisasi yang kompleks, Kai percaya bahwa jalan ke depan harus berakar pada kolaborasi pragmatis. "Yang penting, kami tidak melihat hidrogen sebagai solusi yang cocok untuk semua," katanya. Setiap negara memiliki tahap pengembangan, kesiapan infrastruktur, dan bauran energi yang berbeda sehingga membutuhkan solusi yang unik.

Kemampuan JERA untuk menggabungkan LNG, energi terbarukan, dan bahan bakar rendah karbon memberikan fleksibilitas untuk mendukung beragam strategi transisi - baik itu pembakaran bersama amonia di Thailand, CCS di Malaysia, atau solusi energi hibrida di Filipina.

Dengan pengalaman, operasi yang terintegrasi, dan komitmen terhadap strategi khusus pasar, JERA tidak hanya berkontribusi terhadap tujuan energi nasional tetapi juga membantu membentuk masa depan rendah karbon di Asia.