Berita Terbaru
Pahlawan Subhalaman

Prospek transisi energi 2025: Prediksi para ahli dan teknologi yang perlu diperhatikan
					
						Ketika sektor energi global berlomba menuju masa depan yang berkelanjutan, perjalanan ini ditandai dengan beragam teknologi, peluang regional, dan tantangan yang unik. Di Asia Tenggara, di mana kebutuhan energi berkembang pesat, pertanyaannya adalah: teknologi mana yang akan memimpin, dan siapa yang akan melintasi garis finis nol-nol terlebih dahulu?
Untuk menjawab hal ini, kami meminta dewan penasihat Enlit Asia yang berbagi perspektif mereka tentang teknologi yang membentuk transisi, proyek-proyek yang berdampak pada masa depan, dan negara-negara yang paling mungkin mencapai tujuan iklim mereka.
Salah satu teknologi yang secara konsisten menjadi yang terdepan adalah tenaga surya. Kecepatan dan kenyamanannya menjadikannya solusi utama bagi banyak negara. Namun, ceritanya tidak berakhir dengan tenaga surya. Hidrogen, dengan keserbagunaannya yang unik, muncul sebagai pemain penting. Kemampuan hidrogen untuk mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam jaringan listrik, mendekarbonisasi sektor-sektor yang sulit dihilangkan, dan mendukung transisi energi maritim membuatnya sangat diperlukan. Sementara tenaga surya menyediakan listrik, hidrogen menawarkan berbagai aplikasi yang lebih luas, menjadikannya komponen penting dari bauran energi.
Melihat lebih jauh dari teknologi-teknologi tersebut, tenaga air mendapatkan momentum sebagai sumber daya yang penting di kawasan ini. Selama dekade berikutnya, kombinasinya dengan sumber energi terbarukan lainnya diperkirakan akan mendominasi lanskap energi, sementara tenaga nuklir diproyeksikan akan meningkat pada akhir tahun 2030-an hingga awal 2040-an. Teknologi penyimpanan, seperti sistem penyimpanan energi baterai (BESS), juga sangat penting, membantu mengurangi intermitensi sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Meskipun nuklir masih menjadi pilihan yang diperdebatkan di beberapa wilayah, potensinya untuk mengatasi keterbatasan lahan dan menyediakan daya baseload yang konsisten memposisikannya sebagai solusi jangka panjang yang menjanjikan.
Transisi energi di Asia Tenggara bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang proyek-proyek terobosan yang menjadi titik tolak transformasi. Proyek interkoneksi yang menghubungkan Singapura dengan negara-negara tetangga menjadi contoh kerja sama regional dalam berbagi energi. Sementara itu, Filipina merupakan rumah bagi Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Wawa Pump-Storage, sebuah aset penyimpanan energi sebesar 500 MW yang dirancang untuk memberikan energi tengah dan puncak yang dapat diandalkan ke pasar listrik. Hornbill Smart Energy Management System, sebuah inisiatif penting lainnya, memajukan cara microgrid terbarukan dipantau dan dikelola, memastikan pembangkitan energi yang lebih bersih. Di Jepang, pembangkit listrik tenaga gas berkapasitas 100 MW menjadi proyek yang patut dicermati, yang menyeimbangkan energi terbarukan dan menunjukkan pentingnya teknologi gas yang fleksibel.
Peningkatan pesat kecerdasan buatan juga memengaruhi permintaan energi. Pusat data, yang didorong oleh kemajuan AI, mendorong kebutuhan akan solusi daya yang kuat. Membangun pembangkit listrik energi terbarukan yang besar membutuhkan waktu, yang menciptakan ketergantungan pada pembangkit listrik dasar dari gas atau bahkan batu bara dalam jangka pendek. Hal ini menghadirkan peluang penting bagi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) untuk menyeimbangkan kebutuhan akan energi yang dapat diandalkan dengan tujuan pengurangan emisi.
Di tengah kemajuan ini, perlombaan menuju nol karbon tetap menjadi narasi utama. Perjalanan setiap negara dibentuk oleh kekuatannya yang unik.
Negara-negara dengan sumber daya air yang melimpah, seperti Laos, Kamboja, dan Malaysia (Sarawak), memiliki keuntungan alami dalam mencapai pencapaian nol-nol. Singapura, dengan proyek-proyek ambisius-seperti mengimpor energi surya dari Australia-dan impor energi dari negara-negara tetangga, membuat langkah yang signifikan. Vietnam, dengan sektor energi terbarukannya yang terus berkembang, juga muncul sebagai pemimpin potensial dalam transisi ini. Rencana transisi energi Thailand yang terstruktur dengan baik juga menempatkannya sebagai pesaing yang kuat di kawasan ini. Pendekatan proaktif Vietnam terhadap transisi energi dan peran Singapura sebagai importir energi hijau juga disebutkan.
Lalu ada Tiongkok, yang memiliki skala yang sangat besar, sumber daya yang luas, dan inisiatif transisi energi yang ambisius memposisikannya sebagai inspirasi global dan kekuatan pendorong untuk inovasi di kawasan ini. Sementara di luar Asia Tenggara, kepemimpinan Tiongkok menyoroti cetak biru bagi negara-negara di kawasan ini untuk mempercepat transisi mereka.
Kisah energi Asia Tenggara adalah kisah tentang inovasi, kolaborasi, dan ambisi. Dari penyebaran PV surya yang cepat hingga potensi transformatif hidrogen, hidro, dan tenaga nuklir, wilayah ini sedang menavigasi jalan yang kompleks namun menjanjikan. Saat kita semakin dekat dengan tahun 2025, teknologi dan proyek yang disorot di sini menawarkan sekilas tentang masa depan yang ditenagai oleh energi bersih dan berkelanjutan. Perlombaan menuju nol karbon sedang berlangsung, dan setiap langkah maju membawa kita lebih dekat ke masa depan yang lebih cerah dan lebih hijau.
Tentang Enlit Asia
Enlit Asia adalah platform terkemuka untuk berbagi pengetahuan dan kolaborasi di sektor energi. Dengan mempertemukan para pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan inovator, acara ini mendorong diskusi mengenai teknologi yang sedang berkembang, tantangan energi regional, dan solusi yang berkelanjutan. Seiring dengan transisi energi multidimensi di kawasan ini, Enlit Asia tetap menjadi yang terdepan dalam mendorong diskusi dan membentuk masa depan energi.

)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)
)